Rabu, 02 November 2011

Bersatu dan Rapatkan Barisan


Reggae tidak mengenal band baru & band lama, semuanya satu mengusung: One Love!

Singkirkan paradigma, gue band lama & elo band baru, semua musisi reggae sama…! Tidak ada kata senior & junior dalam musik reggae. Atau gue lebih suka nonton band ini, gue lebih suka nonton band itu. Atau gue lebih suka joget kalo band ini yang lagi perform. Tidak ada perbedaan dalam reggae, selama musik itu musik reggae, kita harus support dan respect! Dukung terus musisi Reggae Indonesia..!

Singkirkan budaya apa-apa maunya gratisan! – Masuk gigs/acara musik reggae maunya gratisan! (Sebuah acara dibuat tidak gratisan). – Karya musisi album reggae maunya juga dpt gratisan/bajakan! (Dibutuhkan kreativitas, keringat & kerja keras dan biaya untuk menghasilkan sebuah karya musik reggae).

Percaya atau tidak, apabila budaya gratisan menjadi budaya permanen, itu sama halnya dapat membuat musisi reggae menggantung mic-nya, menggantung gitarnya! Hargailah hasil karya musisi Reggae Indonesia atau karya anak bangsa sendiri, siapa lagi kalau bukan kita sendiri? Kita sangat berterima kasih dengan semua band-band yang terus ikut berjuang bersama kami dalam menggaungkan musik reggae dalam acara-acara yang kita gelar. Sekali lagi, terima kasih untuk semua musisi/band-band reggae. Doakan agar kami bisa keliling Indonesia membuat gigs atau acara musik reggae sekaligus bersilahturahmi dengan musisi dan komunitas di daerah-daerah di Indonesia. Doakan saja agar hal ini dapat terwujud.

Ayo…Ayo..Bersatulah! Rapatkan Barisan! Kita kibarkan musik reggae dengan hal-hal yang positif agar musik reggae semakin mendapatkan tempat di hati masyarakat umum. Dan, tentunya buang semua paradigma gratisan di musik reggae! Kita yakin musik reggae di Indonesia semakin solid! Ada satu hal kekuatan dan keunikan dalam musik reggae, yaitu: tidak terpengaruh dengan hingar-bingar kancah musik sedang trend, musik reggae terus berjalan di relnya. keep on the track! Kita harus semua saling support & respect, karena hal itu dapat membuat kita bisa mandiri dalam berteriak One Love!

Jika kita dapat menghargai hasil karya anak bangsa sendiri, khususnya karya musisi reggae Indonesia. Niscaya pergerakan Reggae Indonesia akan Tetap Berkibar!

Jah bless you all…

Love & Respect!

sumber: indoreggae

Biografi Richard D’Gilis



“Pulau yang indah.. Bersih pantainya.. Gak ada polusi.. dan polisi”. Siapa reggae mania yang tidak mengenal lagu tersebut? Ya, sebuah lagu hits berjudul “Gili Trawangan” tersebut telah memunculkan sosok musisi reggae berbakat asal Lombok, Richard D’Gilis.

Menurut penuturannya kepada kami, dia memulai karir musiknya sebagai “backing vocal” di beberapa band pada tahun 2002. Masuk studio rekaman tahun 2004 untuk menjadi salah satu musisi yang terpilih masuk dalam album Kompilasi “Indonesia Reggae Revolution”. Dalam album ini dia menjadi perwakilan Lombok (NTB), membawakan lagu yg berjudul “This Is My Reggae”. Rirchard juga pernah “featuring” dalam 2 album Steven & Coconuttreez di album “Other Side” di lagu “Kembali”, dan album “Easy Going” di lagu “Horny Horny”.

Tahun 2006 Richard kembali masuk studio rekaman untuk mengerjakan album perdananya yg berjudaul“Natural”. Dirilis tahun 2007, berisi 10 lagu yg hampir semua lagu di tulis sendiri oleh Richard. Album ini mengangkat tema keseharian, persahabatan dan cinta. Dalam proses rekaman tersebut Richard banyak di bantu oleh musisi seperti Pa’ Cek Roy (Tuff Gong), Yus Panigoro (Tony Q Rastafara), Aray (Coconuttreez/Ray D’Sky), Didit Sa’ad (Plastik), Rival (Coconuttreez/Pallo), Lutfi Akbar (Cozy Republic), Iwano (Coconuttreez/Ray D’Sky), Mas Iyek (Tuff Gong), Gocay (Coconuttreez), Acok (Power Slaves), Tege (Coconuttreez) dan juga Ondito. Album ini di produseri oleh Steven C Kaligis di bawah label 267 record.

Akhir 2010, Richard kembali merilis album ke-2 yang berjudul “Love Must Be The Answer”. Dalam proses rekaman album ini, Richard hanya di bantu banyak oleh 2 temannya Aray dan Iwano. Dalam album ke-2 ini hanya ada 7 lagu, 5 di antaranya lagu baru dan 2 di ambil dari album perdana dengan aransemen baru. Visi dan misi album ini untuk memperkenalkan musik anak bangsa ke manca negara. Hal ini bisa kita lihat dari 4 lagu berbahasa Inggris.

Sebuah misi dan visi yang seharusnya di dukung oleh anak bangsa ini, tanpa membeda-bedakan dan saling menjatuhkan satu sama lainnya. Seperti yang dituturkan olehnya kepada kami via pesan di Facebook kami.

Untuk lebih lanjut mengetahui info terbaru dari Richard D’Gilis, bisa mengunjungi halaman penggemarnya di Facebook. Atau anda juga bisa menghubungi “booking contact” Richard D’Gilis di nomor 08788014620

Biografi Tony Q Rastafara

Tony Waluyo Sukmoasih (populer dengan nama Tony Q atau Tony Q Rastafara; lahir diSemarangJawa Tengah27 April 1961; umur 48 tahun) adalah seorang penyanyiIndonesia beraliran reggae yang telah aktif di ragam tersebut sejak tahun 1989. Dia bersama grup musiknya Rastafara mempopulerkan istilah “rambut gimbal” (gaya rambut dreadlock) di Indonesia lewat lagu dengan judul yang sama pada tahun 1996. Tony Q telah menjadi ikon musik reggae Indonesia. Dia dianggap sebagai pelopor reggae di Indonesia, karena dia tak hanya berkecimpung di ragam tersebut sejak lama, namun juga mengembangkan karakter musik reggaenya sendiri, dimana dia memasukkan banyak unsur tradisional Indonesia ke musiknya, dan mengangkat tema-tema khas Indonesia dalam musiknya.
Tony Q adalah seorang lulusan STM Perkapalan di Semarang. Sebelum terjun ke dunia musik, pada tahun 1980 Tony Q pernah bekerja selama enam bulan di bagian quality control(pengendalian mutu) di sebuahpabrik pengalengan milik perusahaan Singapura di Cakung,Jakarta Timur. Namun kemudian dia meninggalkan pekerjaan tersebut dan memilih untuk menjadipengamen di jalanan dan seorangmusisi, menghadapi tentangan keras keluarganya. Dia sempat menjadi pengamen selama lima sampai enam tahun di daerah Blok MJakarta.
Menurut wawancara dengan Tony Q di Radio Nederland Wereldomroep, sebelum terjun di musik reggae, dia pernah memainkan bluesrock, bahkanmusik country. Tahun 1989 dia akhirnya memilih menekuni musik reggae yang menurutnya tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat. Tony Q mengaku sangat mengidolakan Bob Marleyalmarhum musisi reggae kenamaan asal Jamaika.
Tony Q memulai karir musik reggaenya sejak tahun 1989 dengan grup musik Roots Rock Reggae. Biasa manggung dari kafe ke kafe atau acara pentas musik yang ada di Jakarta. Setelah tergabung dengan banyak band reggae seperti Exodus dan Rastaman, akhirnya pada tahun 1994 dia membentuk grup musik Rastafara yang menjadi cukup terkenal sebagai pengusung aliran musik reggae di Indonesia saat itu. Bersama Rastafara dia sempat merilis dua album, yaitu “Rambut Gimbal” (1996) dan “Gue Falling In Love” (1997).
Hampir semua lagu dalam album tersebut diciptakan Tony Q, dengan lirik lagu yang banyak bertema sosialkemanusiaancinta, dan kehidupan masyarakat sehari-hari. Salah satu lagunya yang populer adalah “Rambut Gimbal”, sebuah istilah untuk gaya rambut dreadlockyang kerap digunakan oleh pengikut Gerakan Rastafari, yang kemudian secara tidak langsung dijadikan istilah dalam bahasa Indonesia yang menjadi populer karena lagu tersebut.
Rastafara saat itu dinilai berbeda dengan grup musik reggae lainnya karena mereka berhasil memasukan dan memadukan unsur-unsur musik dan instrumen tradisional khas Indonesia ke dalam musiknya sehingga terbentuklah musik reggae ala Indonesia yang bisa terlepas dari bayang-bayang musik reggae negara lain seperti Bob MarleyUB40 atau Jimmy Cliff. Penggunaan alat-alat musik tradisional seperti Kendang Sunda atau Gamelan Jawa ikut menambah warna musik dalam lagu-lagu Rastafara. Dan pada aransemen musiknya sepintas juga terlihat unsur-unsur musik Melayu, musik khas daerah Sumatera Utara, atau Sumatera Barat.
Pada tahun 1997 Rastafara memutuskan untuk vakum dalam musik karena kurangnya pasar musik reggae di Indonesia. Tony Q kemudian melanjutkan karirnya dengan membentuk band baru dengan tetap membawa nama Rastafara. Tahun 1998 terbentuklah Tony Q & New Rastafara, dengan format band mendapat pemain tambahan. Tetapi kemudian tahun 2000 Tony Q memutuskan untuk memulai karir solo dengan tetap membawa nama grup musik yang telah membuatnya dikenal oleh para penggemarnya, yaitu Tony Q Rastafara.
Tahun 2000 Tony Q yang sekarang dikenal dengan nama Tony Q Rastafara berhasil merilis album solonya yang pertama, “Damai Dengan Cinta” tanpa dinaungi perusahaan rekaman. Pada album solo pertamanya ini Tony Q mulai mengalami puncak karirnya dalam musik reggae. Setelah mendengar album pertamanya tersebut, seorang profesor di bidang musik dari Kanadamemberikan Tony Q referensi untuk mengirimkan demo untuk ikut dalam ajang Bob MarleyFestival di Amerika Serikat. Pihak penyelenggara festival tersebut menyukai lagu-lagu yang ada di demo tersebut dan kemudian mengundang Tony Q untuk tampil diacara yang sama pada tahun 2002. Namun keberangkatan Tony Q beserta rombongannya ke festival tersebut terpaksa batal karena mereka tidak mendapat izin visa dari Kedutaan Amerika dikarenakan alasan keamanan terkait terjadinya “Peristiwa 9/11” di Amerika Serikat yang terjadi berdekatan dengan rencana keberangkatan Tony Q.
Tahun 2003 Tony Q Rastafara merilis album solonya yang kedua berjudul “Kronologi“. Lagu dalam album tersebut merupakan kumpulan dari beberapa lagu dari album-album Tony Q sebelumnya dan juga beberapa lagu yang belum sempat dirilis. Tahun 2005 Tony Q merilis album “Salam Damai“. Dalam album ini Tony Q mencoba menggabungkan musik reggae dengan unsur instrumen tradisional Indonesia. Dalam album tersebut terdapat lagu dengan lirik bahasa Sunda(“Paris Van Java“) dan Jawa (“Ngajogjakarta“) yang semakin menambah kental unsur tradisional Indonesia dalam musik reggae. [3]
Pada tahun 2005 lagu “Pat Gulipat” dari album solo pertamanya “Damai Dengan Cinta“, masuk ke dalam album kompilasi musik “Reggae Playground” yang dirilis bulan Februari 2006 di bawahperusahaan rekaman Putumayo World Music, sebuah label rekaman yang berbasis di New YorkAS.
Tahun 2009 Tony Q merilis album “Presiden” dalam rangka maraknya Pemilu 2009 di Indonesia. Menurut Tony Q, album ini dirilis untuk memberikan wacana ke masyarakat penggemar musik reggae supaya tahu bagaimana menyikapi kondisi politik saat itu. Musik dalam album ini kembali menghadirkan unsur tradisional Indonesia seperti kendang SundagamelansitarJawa, tamburin, bahkan terompet reog.